-->

"Rindu Sungai: Cerpen Karya Nugroho Notosusanto"


BAB:

Sebuah aliran kuat melanda batin penulis itu. Ia terhanyut dalam arus deras kenangan, yang membawanya kembali ke masa lalu yang telah lama hilang. Sungai, dengan segala keindahannya yang mempesona, menjadi penghubung antara zaman dulu dan kini. Tulisan cemerlang Nugroho Notosusanto, seorang penulis ternama Indonesia, berhasil mengekspresikan rasa rindu ini dalam cerpen karyanya yang berjudul "Rindu Sungai".


Before:

Seolah bertindak sebagai portal waktu, cerita ini membawa kita ke suatu tempat di masa kanak-kanak penulis. Sebuah desa kecil terletak di pinggiran sungai yang gemerlap. Di sana, anak-anak bermain dengan riang gembira di tepian sungai mengalir.


Sesekali matahari yang terik memantulkan kilauan air ke permukaan kulit mereka yang berlumuran debu dan lumpur. Mereka tak peduli dengan panasnya cuaca atau risiko terjatuh ke dalam sungai yang mungkin saja menganga seperti mulut buaya lapar.


Di tengah riuhnya kesenangan mereka, ada satu sosok yang tampak lebih serius dari anak-anak lainnya. Itu adalah tokoh utama cerpen ini, seorang bocah dengan nama panggilan Sudiro.


During:

Sudiro adalah anak paling peka dalam merasakan aliran sungai itu mengalir di antara jari-jarinya saat ia menangkap ikan untuk makan malam keluarganya. Suara gemericik air menyajikan harmoni bagi telinganya. Ia mengenal setiap batu, setiap pasak yang menandai jalur sungai itu.


Ia adalah penjelajah sungai yang tak kenal lelah, mengarungi aliran air dengan perahu rakit sederhana yang ia buat sendiri. Sungai adalah puisi hidup bagi Sudiro, dan dia adalah penyair yang terinspirasi oleh keindahan alam.


Setiap petualangan di sungai, Sudiro selalu menemukan kisah-kisah kecil nan ajaib di balik setiap tikungan. Ia berjumpa dengan makhluk-makhluk air seperti katak yang renyah loncatannya dan kepiting dengan cangkang berwarna merah menyala.


After:

Namun demikian, Sudiro tak pernah melupakan tanggung jawabnya sebagai anak sulung keluarga. Dia sadar bahwa sungainya bukan hanya lahan bermain semata, tapi juga merupakan sumber penghidupan bagi para penduduk desa.


Ia membantu ayahnya dalam bekerja sebagai nelayan untuk memberikan makan keluarganya. Bersama-sama mereka melepas jaring-jaring ke laut terbuka dalam upaya mereka mencari ikan-ikan besar untuk dijual di pasar desa.


Di balik gemerlap keindahan sungai yang begitu mencengangkan ini, Nugroho Notosusanto memperlihatkan kepada kita bahwa ada banyak hal lebih mendalam yang bisa kita temukan dan rasakan melalui sederet kata-kata indah dalam cerpen "Rindu Sungai".



Rindu Sungai: Cerpen Karya Nugroho Notosusanto


Dalam dunia sastra Indonesia, Nugroho Notosusanto dikenal sebagai salah satu penulis yang menghadirkan karya-karya yang mendalam dan penuh makna. Salah satu cerpennya yang menarik perhatian adalah "Rindu Sungai", sebuah kisah yang memukau pembaca dengan atmosfernya yang kuat dan penggambaran karakter yang hidup.


Cerita "Rindu Sungai" mengambil latar belakang di sebuah desa kecil di tepi sungai. Di sini, kita diperkenalkan pada tokoh utama bernama Joko, seorang pria setengah baya yang hidup sebatang kara setelah kepergian istrinya. Ia tinggal sendirian di rumah tua di tepi sungai tempat ia tinggal sejak lahir.


Cerpen ini mengambil pendekatan narasi orang pertama sehingga pembaca dapat merasakan kedalaman perasaan Joko dalam menceritakan masa lalunya dan rasa rindunya akan sungai. Melalui alur cerita yang kuat dan deskripsi detail, Notosusanto berhasil menciptakan ikatan emosional antara Joko, pembaca, dan alam sungai.


Notosusanto dengan cermat mengeksplorasi tema kesepian, nostalgia, serta hubungan manusia dengan alam. Ia menggambarkan sungai sebagai teman terbaik Joko selama bertahun-tahun. Sungainya menjadi saksi bisu dari kenangan-kenangan indah dalam hidupnya. Setiap kali Joko melihat airnya mengalir, ia tidak dapat menahan rasa rindunya.


Dalam perjalanan cerita ini, pembaca diajak merenungkan arti kehidupan dan sosok-sosok yang pernah hadir dalam hidup kita. Notosusanto melalui pemilihan kata-kata dan penggambaran karakter mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai setiap momen dan ikatan yang telah kita miliki. Ia memperlihatkan betapa alam bisa menjadi oase ketenangan serta sumber inspirasi di tengah keterasingan dan kesendirian.


"Rindu Sungai" memberikan pendalaman karakter Joko dengan apik. Pembaca merasakan ketidakhadirannya yang penuh rasa kehilangan, serta sentuhan kebahagiaan saat ia berada di dekat sungai. Interaksi Joko dengan sungai bukan hanya sekadar simbolik, tetapi juga mewakili kebutuhan manusia akan koneksi dengan alam serta perlunya melestarikan lingkungan sekitar.


Ada opini yang muncul dari cerita ini, bahwa manusia kadang-kadang lebih mudah merasakan kenikmatan hidup saat ditemani oleh alam. Keberadaan alam bukan hanya sebagai latar belakang tetapi juga pengiring manusia dalam perjalanan hidupnya. Melalui cerita ini, Notosusanto mengajak pembaca untuk lebih menghargai alam dan menjaga lingkungan agar tidak rusak.


Secara keseluruhan, "Rindu Sungai" adalah sebuah cerpen yang menarik perhatian pembaca karena penggunaan bahasa yang indah dan atmosfer yang kuat. Nugroho Notosusanto berhasil menghadirkan cerita yang menyentuh hati dan memberikan pesan penting tentang kebutuhan kita akan ikatan emosional dengan alam. Dalam karya ini, ia mengajarkan kita untuk tidak pernah meremehkan kekuatan dan pengaruh yang dimiliki oleh alam dalam hidup kita.


Show Comments

[ADS] Bottom Ads

Copyright © 2021

DUNIA PENDIDKAN